Senin, 30 Desember 2013

Sejarah Juventus




Juventus adalah legenda Sepak Bola. Pada November 1897, sekelompok pemuda di Liceo D’Azeglio hendak bermain bola di taman Piazza d’Armi yang biasa dijadikan arena lari dan pacuan kuda. Duduk di bangku cadangan Piazza d’Armi, ide itu muncul: mendirikan klub olahraga yang berkonsentrasi pada sepakbola. Nama Juventus tidak langsung disandang klub ini. Bermula dari "Societa Via Port", kemudian "Societa sportive Massimo D’Azeglio", dan yang terakhir "Sport Club Juventus". Nama tersebut mampu menarik hati para pendiri sehingga mereka pun sepakat menggunakannya. Juventus berbasis di Turin, Piedmont, Italia. Klub ini telah mengarungi beragam sejarah manis dan merupakan klub tersukses dalam sejarah Liga Italia Seri-A. Tidak main-main, 28 gelar juara ada di tangan, dan menempatkannya sebagai klub terbaik Italia abad ke-20.

Lima Gelar Beruntun

Fenomena Juventus terus berlangsung di rentang 1930-1935, di mana Italia untuk pertama kalinya mencatat nama yang sama sebagai scudetto lima kali berturut-turut. Dan, perubahan format kompetisi menjadi Liga Serie A semakin mematangkan Juventus sebagai tim solid yang membayangi keperkasaan Inter Milan. Sukses itu tak bisa dilepaskan dari peran bek sayap, Luisito Monti, yang memiliki karakter tangkas dan pekerja keras. Selanjutnya, Juventus terus melahirkan pemain-pemain tangguh seperti Bertolini (bek), Sernagiotto (sayap), maupun Felice Placido yang menghadiahkan gol-gol penting bagi timnya. Masa setelah 1935, Juventus mengalami fluktuasi prestasi. Juventus ditekuk Inter Milan pada laga puncak kompetisi 1937. Pada 1938 susah payah meladeni Torino untuk meraih scudetto. Tahun berikutnya bermain buruk dan terdepak ke tangga ke-8 kompetisi. Kehadiran bek cemerlang Carlo Parola hanya mampu memperbaiki posisi lima tangga lebih baik pada tahun berikutnya, dan turun lagi ke posisi ke-6 pada kompetisi 1941.
Gelar baru diraih pada musim berikutnya, sesaat sebelum pecah Perang Dunia II. Tapi, kompetisi kembali terhambat seiring pecahnya perang. Liga baru digelar lagi 1944, dan gelar diboyong Torino. Juventus bahkan tidak berlaga di partai puncak. Memainkan kiper Giovanni Viola, bek Bertucelli,Piccini, dan penyerang Vivolo pada kompetisi 1949, Juventus mengambil alih kekuasaan liga. Gelar ke-8 dibukukan klub dengan rekor 100 gol. Tapi, tahun berikutnya kembali memburuk seiring hengkangnya pilar sayap Juventus, Martino, yang hijrah ke Argentina.
Kendati Juventus kembali ke tangga juara pada 1952, namun kemunduran klub ini tak bisa ditutupi dengan kegagalan mereka menyelesaikan partai final menghadapi Inter Milan di dua musim berikutnya. Dan, keputusan Gianni Agnelli meninggalkan klub pada 18 September 1954 mengawali masa gelap kedua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar